Komite Mengajar, Wajah Partisipasi Nyata di SDN Karduluk IV
Komite Mengajar: H. Zubaidi Ajarkan Seni Ukir Kayu di SDN Karduluk IV
“Pendidikan adalah tanggung jawab semua pihak. Tidak hanya guru di ruang kelas, tetapi juga masyarakat dan komite sekolah yang turut serta memberi warna pada pembelajaran.” Prinsip itu dijalankan dengan konsisten oleh SDN Karduluk IV melalui program Komite Mengajar, yang rutin digelar setiap hari Kamis.
Pada Kamis, 11 September 2025, giliran H. Zubaidi, anggota komite sekolah sekaligus pengrajin ukir, yang turun langsung menjadi “guru mengukir”. Ia datang membawa contoh ukiran kayu, pahat, dan papan kecil, lalu memperagakan langkah-langkah dasar mengukir di hadapan siswa kelas atas.
Mengukir itu butuh kesabaran. Jangan buru-buru. Kalau hati kita tenang, hasil ukiran akan lebih indah,” ujar H. Zubaidi sambil memperlihatkan caranya memegang pahat dengan benar.
Ucapannya disimak serius oleh anak-anak yang duduk melingkar di sekeliling meja kerjanya.
Suasana kelas tampak hidup. Sesekali terdengar decit halus pahat yang bersentuhan dengan kayu, diiringi sorak kagum siswa ketika melihat pola sederhana mulai terbentuk. Yang cukup mengejutkan, antusiasme paling tinggi datang dari siswi perempuan. Mereka berani maju lebih dulu, mencoba pahat dengan tangan mungilnya, meski sempat canggung di awal.
Saya kaget, ternyata anak perempuan yang lebih berani mencoba. Mereka bahkan bertanya teknik-teknik detail. Ini bukti semangat belajar mereka luar biasa,” tutur H. Zubaidi tersenyum bangga.
Kepala sekolah, Widayanti, menyambut baik keterlibatan aktif komite. Menurutnya, kegiatan ini tidak hanya menambah wawasan siswa, tetapi juga mengenalkan kearifan lokal yang masih tumbuh di tengah masyarakat. “Ukir kayu adalah bagian dari seni tradisi yang sarat nilai. Anak-anak belajar langsung dari praktisinya, itu pengalaman yang tidak bisa mereka dapat dari buku,” ujarnya.
Program Komite Mengajar memang dirancang untuk menjembatani pengalaman nyata dengan dunia sekolah. Setiap Kamis, komite hadir membawakan materi mengukir ini. Di akhir sesi, beberapa hasil ukiran sederhana siswa dipamerkan singkat di depan kelas. Walau masih kasar, guratan itu adalah simbol keberanian mencoba.
Yang penting bukan hasilnya, tapi prosesnya. Dari sini anak-anak belajar kesabaran, ketelitian, dan menghargai karya seni,” pungkas H. Zubaidi.
Dengan konsistensi program ini, SDN Karduluk IV membuktikan bahwa pendidikan tidak pernah bisa berdiri sendiri. Ia tumbuh karena kolaborasi: guru, siswa, orang tua, dan komite. Dari sebilah kayu dan sebuah pahat, anak-anak belajar bukan hanya keterampilan, tetapi juga filosofi hidup yang melekat dalam budaya mereka.
Post a Comment for "Komite Mengajar, Wajah Partisipasi Nyata di SDN Karduluk IV"